Senin, 15 Juli 2013

SETIA MEMPERTAHANKAN IMAN


Sepanjang saya hidup, saya melihat banyak perdebatan antara agama, mereka saling membenarkan agamanya masing-masing, bahkan sampai pada tingkat yang lebih ekstrim adalah salaing membunuh. Saya berpendapat bahwa setiap orang yang suka berpindah agama itu merupkan tipe orang yang  tidak bisa dipercaya, karena dia bukan tipe orang setia. Orang seperti itu menurut saya adalah orang yang tidak memiliki nilai jual, imannya sangat mudah bisa dibeli.
Ketika orang tersebut beradah dalam kondisi yang sangat lemah, dia akan dengan mudah tergodah dengan suplay kekuatan dari pihak luar, sehingga dengan mudah dia meninggalkan jatih dirinya. Saya berikan contoh bahwa banyak artis Kristen yang beralih keimanannya dengan alasan bahwa di agama barunya dia merasa kenyamanan, artinya bahwa orang tersebut adalah tipe orang yang hanya ingin enaknya doang, ketika tertimpah masalah dia mulai berlari mencari kenyamanan tanpa berupayah bertahan untuk menyelesaikan persoalannya. Sehingga apa yang bisa lihat dalam aktifitas mereka, mereka sangat gagal dalam membinah rumah tangga mereka bahkan diri mereka. Saya ambil contoh Titi Dj, Tamara, Dewi Sandra, mereka ini adalah segelintir Kristen yang beralih agamanya dan masih banyak lagi yang selalu gagal dalam membinah rumah tangga mereka, alasannya  adalah tidak menemukan KESAMAAN, atau BERBEDA prinsip dan lain-lain. Hal ini menunjukan bahwa mereka adalah tipe orang yang hanya mencari lingkaran kenyamanan, orang-orang seperti ini tidak akan pernah puas, karena mencari kepuasan.
Saya ingin mengatakan bahwa menerut saya tipe orang yang suka beralih agama adalah orang yang paling Berdosa karena menghianati apa yang menjadi pergumulannya sebelum dia ada dan ada di Bumi. Sebelum dia belum berbentuk janin, ibu dan bapanya telah berdoa bukan kepada nabi, kepada dukun tapi kepada Tuhan di dalam Kristus, bahwa mereka menginginkan seorang anak, atas kasihani Tuhan di dalam Kristus perut ibunya dititipkan janin. Dan ketika dia masih berbentuk janin ibunya telah berdoa kepda Tuhan Di dalam Kristus bahwa dia menginginkan bayinya lahir dengan selamat, atas kasihani Tuhan terhadap Ibunya maka dia terlahir dengan selamat. Kemudian dalam masa-masa pertumbuhannya orang Tuanya telah berdoa bukan kepada siapa atau apa, tapi berdoa Kepada Tuhan di dalam Kristus agar anaknya kelak memiliki masa depan yang baik dan bahagia, dan atas Cinta dan Kasih dari Kristus terhadap doa Ibu dan ayahnya dia diberikan apa yang diharapkan orang tuannya. Dalam perkembangan suksesnya Pantaskah mereka mengihianati Cintah dan Kasihani Tuhan Yesus yang begitu besar memberikan, menyertai dan memberkati mereka atas tetesan air mata Ibu kepada Kristus agar mereka sukses,? Dengan dalih bahwa mereka telah menemukan kenyamanan baru,yang lebih baik dari yang lama, pantaskah mereka berkata demikian? begitu kejamnya mereka yang suka beralih agamanya, mereka adalah orang-orang penghianat yang tidak pantas untuk diteladani.
Mungkin karena iming-iming kekayaan, ketenaran yang ditawarkan mereka relah meninggalkan jatih diri mereka, mereka menjual harga diri mereka yang mahal untuk sebuah kenyamanan. Pantaskah ini semua,? Semoga iman yang telah membantu kita untuk berkaya dibumi ini akan kita bawah kembali menghadap Bapa di Sorga, sebagai wujud pertanggung jawaban kita. Apa yang kita bawah itulah yang akan bawah kembali ketika kembali ke PangkuaNYA. Bahwa sesungguhnya ketika kita datang kebumi hanya IMAN yang kita bawah dan IMAN itulah yang seharusnya kita pegang sampai pada saatnya kita bawah IMAN itu kembali kepada Pemiliknya.
SEMOGA TUHAN MENGUATKAN IMAN KITA DI DALAM YESUS KRISTUS TUHAN DAN JURUS SELAMAT KITA KINI DAN SELAMANYA. HALELUYA.
AMIN



Kamis, 18 April 2013

Oirata Barat

Desa Oirata Barat atau yang bergelar adatnya adalah RUSKOLY YALURESI, merupkan sebuah desa dengan jumlah kepala keluarga (KK) berkisar kurang lebih 200 KK. Letak desa ini terletak di bagian selatan pulau kisar. di desa oirata barat ada juga desa oirata timur, kedua desa ini secara administratif pemerintahan memang berbeda, namun memilik kultur budaya yang sama, dan hampir tidak bisa dipastikan batas kedua negeri, oleh karna mereka hidup saling berbaur. dan merupkan dua desa bersaudara. saat ini desa oirata barat di pimpin oleh Bapak Jhon Ratulohain dan Bapak Jhon Ratuhanrasa sebagai sekertaris desa, sedangkan Oirata Timur dipimpin Oleh Bapak Beni Ratuhalono dan Bapak Yohanis Ratumali sebagai sekertaris desa.

Sejarah Singkat Oirata
Nama Oirata
Oirata berasal dari dua kata, yakni: oir yang artinya ‘air’ dan riata yang artinya ‘keruh’. Jadi, Oirata berarti ‘air keruh’. Nama Oirata itu diberikan oleh masyarakat penduduk di sekitarnya yang sebagian besar berbahasa Meher (lebih dikenal masyarakat luas sebagai bahasa Kisar). Artinya, kata Oirata itu sendiri bukan berasal dari bahasa Oirata, melainkan berasal dari bahasa Meher.
Masyarakat Meher memberi nama Oirata tersebut berdasarkan fakta bahwa di tempat asal Suku Oirata terdapat dua sumur tua yang konon ceritanya merupakan sumber mata air bagi masyarakat di sekitarnya. Dua sumur tua itu letaknyaberdampingan, satu sumur sebelah selatan berair jernih yang sampai sekarang masih berfungsi dengan baik dan sumur lainnya terletak tidak jauh (± 1,5 m) di
sebelah utaranya berair sangat keruh dan diyakini oleh masyarakat di sana mengandung racun sehingga tidak seorang pun yang berani memanfaatkan air yang bersumber dari sumur tersebut (lihat lampiran foto-1). 
Sebelum nama Oirata diberikan oleh orang Meher, desa tersebut bernama negeri Manheri ‘bukit sebelah timur’ dan Mauhara ‘bukit sebelah barat’ sebagai tempat asal leluhur Suku Oirata. Letaknya di bagian selatan Pulau Kisar. Di antara kedua bukit Manheri dan Mauhara terdapat sebuah ngarai kecil atau lembah di antara dua jurang bertebing terjal. Di lembah itulah terdapat dua sumur tua yang telah dijelaskan di atas. Di sebelah barat bukit Mauhara itu terdapat Pantai Kisar tempat pertama kali Belanda berlabuh yang kemudian menjadi nama pulau itu.

Asal Usul Suku Oirata
Zaman dahulu hidup suatu marga yang terdiri atas beberapa keluarga bermukim di Pulau We’ra dan We’ro. Kedua pulau itu terletak di sebelah selatan Pulau Damer, kecamatan Pulau-Pulau Terselatan, Maluku Tenggara Barat. Kedua pulau itu juga dikenal dengan nama Pulau Terbang Utara dan Terbang Selatan. Penghuni kedua pulau itu senantiasa mencukupi hidupnya dengan cara bertani dan nelayan. Akan tetapi, mereka tidak dapat bertahan hidup lebih lama karena tidak ada sumber air (bersih) sebagai sumber kehidupan di kedua pulau itu. Mereka memutuskan untuk mencari pemumukiman yang baru. Berangkatlah mereka, meninggalkan kedua pulau itu secara berombongan dengan beberapa perahu kecil. Mereka berlayar berhari-hari mengikuti arah gelombang dan tiupan angin. Dalam pelayaran itu, mereka tiba-tiba disapu badai dengan gelombang besar. Mereka idak mampu lagi bertahan, perahu terbalik dan rombongan kocar-kacir.
Singkatnya, sebagian dari mereka terdampar di ujung timur Pulau Timor (konon keturunannya hingga kini berada di Lautem daerah pesisir timur laut Timor Leste), sebagian terbawa arus ke arah barat yang hingga kini tidak diketahui nasibnya, dan sebagian lagi terdampar di pantai selatan Pulau Karang yang sekarang bernama Pulau Kisar. Disebut Pulau Karang karena memang pulau itu berdiri di atas batu karang, dikelilingi batu karang terjal, dan dari kejauhan pulau itu terlihat memutih seperti kapur terutama pada siang hari.

Konon ceritanya, kelompok yang terdampar di Pulau Karang itu yang kemudian disebut-sebut sebagai keluarga Nampitu Ratu ‘sebuah keluarga dengan tujuh anak laki-laki’. Mereka terdampar disebuah pantai kecil yang diberi nama Wilkaulu Sere. Kata wilkaulu ‘Tiba dengan selamat’ dan sere ‘pantai’. Jadi,wilkaulu sere berarti ‘pantai sebagai tempat tiba dengan selamat’ yang selanjutnya
dikenal dengan Wilkaulsere. Keluarga itu memilih tempat bermukim di atas pantai
itu yang diberi nama Ili Kesi. Dalam bahasa Oirata, ili ‘tempat berbatu besar’ dan
kesi ‘tetap kuat, tidak mudah goyang’. Mulailah mereka hidup di tempat yang baru dengan pola kehidupan lama, bertani, nelayan, dan berburu. Ketujuh anaknya sering membantu ayahnya berburu berjalan mengelilingi pulau yang konon belum ada penghuni yang lainnya.

Suatu ketika, Sang Ayah memperoleh firasat bahwa suatu saat akan terjadi gelombang laut dahsyat yang akan menerpa Pulau Karang itu. Karena merasa dirinya sudah tua dan tidak mampu berlayar, dia menyuruh anak-anaknya untuk menyeberang menyelamatkan diri ke selatan menuju uma lapai. Dalam bahasa Oirata, uma ‘pulau atau tanah’ dan lapai ‘besar’. Uma lapai artinya ‘pulau yang kelihatannya besar’ yang terlihat dari Pulau Karang tempat mereka berada. Berangkatlah keenam anaknya menuju uma lapai yang tidak lain adalah Pulau Timor. Seorang saudaranya yang bungsu tidak turut dalam rombongan itu dengan alasan tidak tega dan ingin menjaga ayahnya yang sudah tua hidup di hutan  belantara seorang diri.
Tidak beberapa lama memang terjadilah peristiwa yang tidak diinginkan itu. Orang Oirata menyebutnya dengan Lalunpitu ‘gelombang tujuh lapis’ menghantam Pulau Karang itu dan memporakporandakan seluruh daratan yang ada. Kedua ayah dan anak itu selamat dan tidak lama berselang keenam anaknya juga kembali dari pengungsian dengan selamat. Keluarga itu berkumpul kembali melakukan aktivitas seperti sediakala. Waktu berjalan cepat, ayah tujuh anak itu
makin tua dan tidak mampu lagi berjalan jauh, maka anaknyalah menggantikan tugas Sang Ayah untuk berkeliling pulau, berburu dan mencari nafkah untuk keluarga mereka. Tampaknya, gelombang lalunpitu itu tidak terjadi sekali itu saja. Orangtua itu kembali mendapat firasat akan terjadi gelombang yang sama. Orangtua itu kembali menyuruh semua anaknya mengungsi ke Pulau Timor.
Ketujuh anaknya menginginkan orangtuanya turut serta dalam pengungsian itu. Akan tetapi, Sang Ayah tetap bertahan dengan pertimbangan sudah amat tua yang justru akan membuat repot dan dapat membahayakan pelayaran anak-anaknya.
Dengan tawar-menawar yang amat alot, akhirnya terjadi kesepakatan yang sama, keenam bersaudara itu dengan sangat terpaksa dan rasa iba harus meninggalkan ayah dan adik bungsunya di Pulau Karang yang mungkin saja bahaya dapat menimpanya. Seperti halnya gelombang lalunlapai yang pertama, gelombang lalunpitu kedua ini pun menghancurleburkan seluruh dataran yang ada di Pulau Karang itu, dan bahkan gelombang tersebut lebih dahsyat dari sebelumnya. Semua daratan
tergenang air laut sampai beberapa lama dan kedua ayah dan anak itu hanya bisa
bertahan di atas bukit Ili Kesi. Selama beberapa bagian daratan tergenang air laut,
orangtua itu tidak mampu mencari makan. Untuk dapat bertahan hidup, anak bungsunya yang bernama Ratu Usara tetap setia mencarikan makanan kesukaan orangtuanya berupa hihiyotowa leura. Dalam bahasa Oirata, hihi ‘kambing’, yotowa ‘sejenis domba kecil berbulu tebal, binatang khas pulau itu’, dan leura ‘daging’. Jadi, hihiyotowa leura berarti ‘daging kambing domba khas pulau itu’
yang menjadi makanan kesukaan orangtuanya dan merupakan bentuk sesajian terpenting dalam setiap persembahan untuk memohon kepada leluhurnya demi keselamatan keluarga terutama keenam anak dan cucunya yang sedang mengungsi ke pulau seberang. Demikianlah aktivitas rutin mereka sampai beberapa lama sembari menunggu dengan sabar dan penuh harap kembalinya keenam anaknya
dari pengungsian.
Sementara itu, keenam anak bersama keluarga yang mengungsi di Pulau Timor telah berlayar kembali menuju Pulau Karang. Akan tetapi, di tengah laut mereka terbawa arus, akibat angin barat yang berhembus dengan kencangnya. Akhirnya, mereka terpaksa mendarat di Pulau Letti dan tinggal di sana sampai beberapa tahun lamanya. Kerinduan akan ayah dan adik serta kekhawatiran akan keselamatn mereka semakin berkecamuk di hati keluarga itu mendorong untuk secapatnya kembali ke Pulau Karang. Setelah bersepakat, beberapa orang dari keluarga itu berangkat terlebih dahulu dan yang lainnya segera menyusulnya.
Setibanya di Pulau Karang, mereka bergegas menuju Ili Kesi tempat orangtua dan saudara bungsunya tinggal. Dengan perasaan galau dan khawatir, mereka mencari jejak kedua orang yang dicintainya. Akan tetapi, di sana tidak ditemukan tandatanda kehidupan mereka. Rupanya kedua ayah dan adik bungsunya telah lama meninggalkan Ili Kesi. Lalu mereka menyebar, mencarinya ke seluruh pelosok
hingga beberapa hari. Atas bantuan anjing, kedua ayah dan anak itu ditemukan di bukit sebelah barat tidak jauh dari Ili Kesi dalam keadaan sekarat dan sangat menyedihkan. Sang Ayah terbaring kaku, suaranya terbata-bata, tidak jelas, dan hampir tidak terdengar. Anak bungsunya duduk di sampingnya dalam keadaan membatu dan telah tidak bernyawa lagi. Mereka sangat sedih menyaksikan keadaan kedua orang yang sangat dicintainya dan sangat menyesal atas keterlambatannya tiba di Pulau Karang itu. Sang Ayah meminta salah seorang dari mereka mendekatkan telinganya, lalu berpesan tentang tiga hal.
1. “Terimalah setiap pendatang lain di pulau ini sebagai saudara kandung dan hiduplah bersama-sama dalam suka dan duka.”
2. “Janganlah tinggalkan lagi pulau ini karena keadaan telah normal.”
3. “Sajikanlah hidangan hihiyotowa leura pada suatu waktu tertentu.”
Setelah mendengar pesan orangtuanya yang telah dianggapnya sebagai
perjanjian wajib untuk dilaksanakan oleh anak cucunya, mereka segera mencari hihi yotowa ke daratan untuk segera dijadikan persembahan. Akan tetapi setelah tiba di daratan, betapa kaget mereka karena yang terlihat di sana hanyalah hamparan ipi-la ‘ulat’ memenuhi seluruh padang rumput yang ada di depannya.
Mereka segera bergegas kembali menemui ayahnya dan menyampaikan kejadian aneh itu. Sang Ayah berpesan agar mereka bersabar selama seminggu, setelah itu ipi-lala ‘ulat-ulat’ itu akan berubah menjadi hihiyotowawa ‘banyak kambing domba’ di tempat itu. Setelah seminggu berselang, pergilah mereka ke tempat ulat-ulat itu. Aneh tapi nyata, tempat tersebut dipenuhi dengan hihiyotowawa
yang sedang sibuk merumput. Segeralah mereka mengambilnya satu ekor untuk dijadikan persembahan. Tidak lama berselang setelah persembahan usai, orangtua itu mengembuskan nafas sembari melafaskan “… yotowa, …yotowa…” dan itulah nafasnya yang terakhir. Jenazah kedua orang yang dicintainya itu lalu dikubur dalam bentuk la’u ‘tumpukan batu bersegi’ yang selanjutnya dipakai sebagai tempat persembahan oleh anak cucunya. Di sekitar tempat la’u itulah ditetapkan
sebagai tempat pemukiman mereka, tepatnya di bukit Manheri. Selanjutnya, bukit itulah dikenal sebagai negeri asal Suku Oirata sebelum pindah ke dataran rendah
sebelah utara (lihat lampiran foto-2 dan 3).
Tidak lama setelah itu, mereka bersepakat untuk memberi nama pulau
yang selama ini disebut Pulau Karang dengan nama Yotowa Uma ‘pulau kambing domba’ sesuai pesan terakhir orangtua yang mereka cintai. Akan tetapi, nama itu terus berubah. Ketika penduduk yang lain datang dan menetap di bukit bagian utara pulau ini, mereka memberi nama dengan Yotowawa-Daisuli. Yotowawa ‘banyak kambing domba’ dan Daisuli ‘bukit tinggi’ yang terletak di bagian utara pulau ini. Selanjutnya, setelah bangsa Belanda mendarat di sana, pulau itu bernama Kizar yang selanjutnya dilafalkan dengan Kisar sesuai nama pantai tempat Belanda
mendarat untuk pertama kalinya.

Marga atau Fam di Desa Oirata Barat
Desa Oirata barat terdapat 3 soa besar yakni Soa Hayau, Soa Audoro dan Soa Irara
adapun Marga yang ada pada soa Hayau adalah sebagai berikut :
  1. Mauky, Tamindael, Silkaty
  2. Wedilen, Ratuhanrasa, Tahinlaru, Tilukay, Namtilu, Perepitin, Maatelu
Audoro: Katihara, Horu,  Reisiara, Ratumurun, Ratulohain, Ratumanan
Irara : Mausilu, Laudiun, Haratilu, Ratuilwali, Taraleu, 

Mata Pencaharian. 
 Sebagian Masyarakat Oirata Barat maupun Timur adalah petani. hasil pokok dari pertanian adalah jagung, selain hasil pertanian lain seperti umbi kayu, dll. di musim kemarau masyarakat membuat sopi dan gula mera dari nira pohon koli, yang dilakukan oleh kaum laki-laki.

Sabtu, 02 Juli 2011

PULAU KISAR (YOTOWAWA DAISULI)

Yotowawa daisuli yang kemudian dikenala secara umum disebut Pulau Kisar adalah sebuah pulau kecil yang dikelilingi padang batu karang yang unik dan menarik. Dari arah laut padang batu karang yang terdapat disekeliling pesisir pulau itu tampak bagaikan benteng batu yang kekar melingkari dengan bentuk yang bertingkat-tingkat.
Pulau Kisar merupakan pulau kecil yang berada paling selatan kepulauan Indonesia bagian timur dengan jumlah penduduk berkisar 17000 jiwa yang tersebar di 9 desa dan sekitar 8 dusun. Terletak sekitar 600 km di bagian utara kota Darwin-Australia dan berada tepat di sebelah ujung timur Negara Timor Leste. Pulau ini hampir nyaris tidak dikenal oleh orang indonesia, bahkan tidak tercantum dalam ensiklopedia Indonesia. Namun pulau ini memiliki nilai sejarah bagi bangsa Belanda dan Portogis.
Nama Kisar muncul pada zaman penjajahan Belanda di Indonesia. Pada zaman itu, di tahun 1665, sebuah kapal dagang bangsa Belanda yang diberinama LOENEN yang dinahkodai oleh JAN BLIME untuk pertama kalinya berlabuh di Uwaaha Lauwar dekat pantai Kihar (kiasar). Pantai ini berada dikwasan suku Woirata (oirata) yang terletak disebalah selatan Pulau Kisar dan berhadapan langsung dengan ujung timur bagian utara Timor Leste.
Jan Blime dan pengawalnya turun dari kapal menggunakan sekoci dan mendarat di pantai Kihar. Dipantai ini dia bertemu dengan keluarga tuan tanah yakni Horsair – Mutasair dengan menggunakan bahasa isyarat Jan Blime menggunakan tongkatnya menunjuk ke tanah, dengan maksud ia ingin menanyakan nama pulau ini namun keluarga tuan tanah mengira Jan Blime menanyakan nama pantai ini maka Horsair-Mutasair menjawab “KIHAR” dan dalam pendengaran Jan Blime menangkap “KISAR”. Sejak saat itu nama Kisar dipakai untuk sebutan pulau Jotowawa Daisuli.
Di pulau kisar terdapat beberapa peninggalan bangsa Belanda di antaranya benteng Deleshaven di desa kotalama, benteng Vollenhove di pantai nama dengan sebuah tugu tempat kapal-kapal Belanda menurunkan sauh untuk berlabuh. Benda-benda peninggalan lain yakni beberapa meriam N.VOC yang terbuat dari perunggu dan sebuah gereja tuah yang dibangun pada tahun 1717 di desa Leklor-Wonreli, namun terbakar pada tahun 1925 sehingga kini hanya tertinggal tembok-temboknya saja.

Pulau kisar juga menyimpan banyak tempat keindahan lainnya yang sangat indah bilah dipandang. Bila anda berkesempatan mengunjungi pulau ini maka beberapa tempat ini akan memberikan kesan yang tidak akan terlupan oleh anda yakni pantai Kiasar yang sangat eksotis, mendaki puncak negeri yoto yang tepat berada di atas pantai kiasar disitu anda bisa melihat keindahan pulau kisar secara menyeluruh ditambah anda akan disuguhkan oleh keindahan pulau Timor Leste yang terlihat dan berhadapan langsung dengan pantai kiasar. Di pantai kiasar ini juga pada tebing bagian timur terdapat sebuah prasasti dengan tulisan kuno yang dipahat oleh orang belanda semenjak tibah di pantai itu pada tahun 1665. Di tempat yang pantai Liti dengan pasir puti yang sangat halus juga memberikan keindahan tersendiri. Ada juga pantai jawalang, pantai Uhun di pur-pura, pantai nama, dan masi banyak keindahan lainnya yang siap menanti anda jika anda berkunjung ke negeri ini.
By oni wedilen

Jumat, 01 Juli 2011

NEGERI YANG LUCU

negara indonesia merupakan negara terpadat penduduknya yg menempati urutan 4. dan juga merupakan salah satu negara terkaya SDA di dunia namun ironisnya negara ini termasuk negara miskin di dunia. dengan jumlah penduduk yg banyak di sertai potensi SDA yg memadai seharusnya telah mengantar negara ini menuju punjak kejayaan.

sebenarnya di mena letak kesalahannya sampai kita masi terus berada pada lingkaran kemiskinan ini. jika kita tengok sejenak ternyata gap antara mereka yang kaya dan miskin ternyata begitu jauh. yang kaya memiliki kakayaan bermiliar-miliar rupih namun yang miskin pecahan lima pulu ribuh pun nyaris tidak perna terlihat oleh mereka. sungguh ironisnya kenyataan ini.
kekayaan negara yang begitu melipah yang seharusnya bisa dinimati oleh ribuan rakyat indonesia ternyata dirampok habis oleh para pejabat negara ini. bagai tak merasa berdosa mereka merampok hingga triliunan rupiah. rakyat kecil terus meringis kesakitan akibat kelaparan, namun di lain sisi para koruptor terus bervoya-voya dengan hasil jarahannya. di manakah keadilan negara ini...?
hukuman terhadap para koruptorpun sangat ringan di bandingkan dengan hukuman terhadap pencuri buah coklat yang diakibatkan karena kelaparan. negara ini butuh pemimpin yang tegas untuk membasmi para perampok elit itu.
keanehan juga terjadi di negara ini yaitu daerah yang begitu kaya akan SDAnya ternyata rakyatnya meringis kesakitan sedangkan daerah yang miskin SDA justru berada pada posisi kejayaan. semua SDA di sedot untuk membangun kota jakarta dan IBB sedangkan IBT terus berada pada kondisi yang sangat terpuruk.
pemerintah pun seolah-oleh melihat sinis hal ini. dengan berkedok ibukota negara semua proses pengolah SDA pun terpusat sehingga mengakibat daerah pemilik SDA terus terpinggirkan. puluhan persenan dari hasilnya pun diserap ke pusat sisa ampasnya menjaadi milik daerah penghasil.
sungguh negara ini butuh pembenahan yang adil bagi semua lapisan masyarakat. sehingga tidak ada lagi kemiskinan terbalik di mana daerah yang kaya menjadi miskin dan sebaliknya. sungguh sebuah realitas yang sangat lucuh.


Jumat, 12 Maret 2010

kiasar

kiasar merupakan sebuah pantai yang sangat bersejarah karena merupakan cikal bakal munculnya nama pulau kisar (yang awalnya bernama jotowawa daisuli)...berawal dari kedatangan bangsa Belanda yang melabuhkan kapalnya di pantai kiasar....yang kemudian berjumpa dengan tuan tanah yaitu suku oirata.........horsair dan mutasair.......karena kesalahan pengertian maka nama jotowawa daisuli menjadi kiasar yang dengan perkembangannya menjadi kisar........